Legenda Bujang Senang, Buaya Raksasa Penguasa Sungai Batang Lupar, Sarawak
Sumber gambar : http://robinsonmike.blogspot.com/2013/08/the-sarawak-legend-of-crocodile-bujang.html?m=1 |
Cerita mengenai buaya raksasa yang pernah mendiami sungai-sungai di Sarawak bukan hanya cerita dongeng biasa, bahkan nama Bujang Senang sendiri masih menghantui warga setempat hingga saat ini.
Konon, Bujang Senang adalah seekor Buaya yang sangat besar dan menguasai Sungai Batang Lupar, Sarawak. Buaya ini merupakan buaya yang sangat ganas dan banyak memangsa orang di sekitar Sungai Batang Lupar. Menurut legenda, ia adalah seorang Pahlawan Sakti Dayak Iban, saking saktinya tiada yang mampu mengalahkannya. Namun kemudian, ia dikhianati oleh isterinya sendiri sehingga ia berhasil dibunuh. Ia kemudian menjelma menjadi seekor buaya dan bersumpah akan membunuh setiap keturunan keluarga orang-orang yang membunuhnya. Mengikut cerita lisan, ilmu kebal beliau adalah air, sebab itu mereka berhasil membunuh beliau ditebingan sungai batang lupar. Mayat beliau dibiarkan telengkup (menirap). Namun dengan bantuan Dewa yang mendampinginya ketika hidup, maka mayat tersebut dijelmakan menjadi seekor buaya yang diberi nama bujang senang.
Dalam sejarahnya Buaya ini dikatakan merajalela di sungai Batang Lupar sejak tahun 1941. Kemudian pada tahun 1982 ia sempat memangsa seorang Penghulu Bangan di Sri Aman, Sarawak. Tercatat ada sejumlah 13 orang yang telah menjadi korban kebuasan buaya ini, dan puncaknya pada 20 Mei 1992, seorang wanita berbangsa Iban bernama Dayang anak Bayang telah menjadi mangsa ke-14 dari keganasan Bujang Senang di Sungai Pelaban, anak Sungai Batang Lupar. Sekumpulan penembak jitu polisi dan pemburu Dayak Iban telah berhasil menembak mati Bujang Senang setelah berusaha selama 4 jam pada 22 Mei 1992. Tengkorak Bujang Senang kini dipamerkan di Museum Sarawak di Kuching, Sarawak.
Peristiwa kemunculan Bujang Senang yang pernah menggemparkan penduduk setempat.
Sumber gambar : https://sendiket.wordpress.com/2011/10/06/bujang-senang-adakah-sekadar-mitos-atau-kenyataan/amp/ |
Munculnya Bujang Senang, seekor buaya jantan yang diyakini oleh masyarakat setempat setinggi 20 kaki (enam meter) dan empat kaki (1,2 meter), bermula pada tahun 1982 ketika reptil itu menyerang Penghulu Bangan dari Rumah Panjang Pali di Sri Aman, Sarawak.
Pada saat itu, Penghulu Bangan dan saudaranya Kebir sedang dalam perjalanan menangkap seekor udang di Sungai Sungga, cabang Batang Lupar sebelum ia menginjak sesuatu di dasar sungai.
Dalam secepat kilat, seekor buaya besar muncul memangsa tubuh Penghulu Bangan dengan rahangnya. kebir yang dari tadi memerhatikan melalui atas tebing akhirnya melompat turun dan memeluk ekor buaya tersebut untuk menyelamatkan saudaranya namun tidak berhasil.
Saat itulah Kebir menyadari bahwa buaya itu memiliki garis putih di belakangnya. Warnanya terlihat mengkilap.
Proses evakuasi mayat Penghulu Bangan berlanjut selama lima hari, tetapi hanya bagian atas tubuh pria itu yang ditemukan.
Selanjutnya, polisi Sarawak meluncurkan 'Operasi Buaya Ganas' di semua sungai besar di wilayah itu seperti Batang Sadong, Samarahan, Lupar, Layar dan Saribas.
Operasi gagal dan Bujang Senang terus meneror penduduk. Di antara tahun 1982 hingga 1991 sebanyak 13 orang menjadi korban keganasan Bujang Senang.
Pada bulan Mei 1992, Bujang Senang menyambar mangsa ke-14, Dayang anak Bayang, 20, ketika gadis Iban itu menyeberangi Sungai Pelaban, cabang Batang Lupar bersama ibunya.
Air Sungai Pelaban hanya sedalam setengah pinggang, tetapi setelah ibunya naik ke tepi sungai, semburan deras tiba-tiba muncul dan menyebabkan Dayang menghilang.
Abang Dayang, Enie Bayang dengan bantuan teman-temannya segera membantu. mereka bersama bomoh Mandau yang terus membaca mantra.
Setelah lebih dari dua jam, Enie menjumpai mayat adiknya yang masih sempurna di celah-celah puing di salah satu lubuk sungai itu.
Entah mengapa, buaya itu muncul kembali di permukaan sungai. Mandau dengan cepat melemparkan tombaknya ke kepala buaya tersebut, sayangnya tombak itu patah.
Beberapa tembakan yang dilakukan oleh Enie gagal membunuhnya. Buaya itu melarikan diri ke arah Batang Lupar tetapi terhalang oleh pohon besar di mulut Sungai Pelaban.
Ketika itu penduduk dari tiga desa yaitu Pelaban, Suduku dan Lingga mengepungya.
Sebanyak 40 tembakan dilepaskan dengan 22 di antaranya tepat di kepala hewan itu. Seluruh tembakan itu menggunakan peluru paku sepanjang 10 sentimeter.
Buaya itu akhirnya menemui ajalnya dan kemudian bangkainya diangkut ke rumah panjang selama empat jam perjalanan. Setelah itu barulah disadari bahwa di belakangnya terdapat garisan putih. Penduduk pun meyakini bahwa itulah Bujang Senang yang sering dibicarakan orang selama ini.
Sumber gambar : https://rahsiakayubatudanlogam.wordpress.com/2010/08/22/tengkorak-bujang-senang/amp/ |
Ketua Komite Pengembangan dan Keamanan Desa, Desa Lingga, Awang Mahda Pengiran Mat membenarkan bahwa buaya yang dibunuh itu adalah buaya jantan.
Dia mengatakan, orang yang membelah perut buaya itu menemukan tulang dan rambut yang tidak dapat dipastikan bahwa itu berasal dari manusia atau binatang, selain timah dan tali nilon.
Buaya itu berukuran panjang 5,46 meter (18,5 kaki) dengan diameter 2,12 meter (6,9 kaki).
Berita kematian Bujang Senang sempat mengejutkan warga Malaysia setelah dipublikasikannya koran-koran arus utama. Sayangnya bangkai buaya itu dibuang kembali ke sungai begitu saja.
Beberapa orang di pedalaman Sarawak percaya bahwa Bujang Senang masih hidup dan lebih besar.
Hanya beberapa hari kemudian kepalanya dipotong dan dibawa pulang oleh seorang pria, Johnson Jong untuk dipublikasikan di peternakan buaya di Siburan, Sarawak.
Johnson, 65, percaya bahwa buaya itu adalah Bujang Senang seperti halnya yang diceritakan oleh penduduk.
"Itu kali pertama saya berjumpa dengan buaya yang mempunyai garis putih di belakangnya," kata Johnson, yang membuka Peternakan Buaya Jong sejak 1963.
Dia mengatakan kepada Jurnalis bahwa setelah insiden 1992, tidak ada lagi serangan buaya putih bergaris di sekitar Batang Lupar.
Sementara itu, Kurator Museum Zoologi dan Sejarah Alam Sarawak, Dr. Charles Leh mengatakan sungai-sungai di Sarawak memiliki banyak sarang buaya.
“Secara historis, buaya telah ada selama lebih dari 160 juta tahun. Jadi keberadaan banyaknya buaya besar di Sarawak adalah hal biasa.
"Garis putih di belakang buaya yang dianggap sebagai Bujang Senang itu kemungkinan merupakan buaya albino parsial," katanya.
Bagaimanapun, ada sebagian orang yang mempertanyakan kebenaran Bujang Senang setelah mati.
Bahkan ada masyarakat Iban di sepanjang Batang Lupar yang percaya bahwa Bujang Senang masih hidup dan lebih besar ukurannya.
Itulah sebabnya jika jaring mereka terjebak oleh buaya, mereka akan melepaskannya dan meminta maaf.
Hal Ini untuk mencegah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi pada mereka dan keturunan mereka.
Sumber :
Sumber : www.gambaranimasi.org |
Hubungi / Chat Admin Blog SCUA {Bang Nirwana} 👇 :
Atau juga :
No comments:
Post a Comment
"Jadilah orang yang pertama kali berkomentar, kami siap mengapresiasi dan menerima masukan dari saudara. Terima Kasih"
Silahkan berkomentar secara bijak dan sopan dengan tidak saling menyudutkan / menyinggung pihak lain, menggunakan kata kasar maupun kotor, saling spam dan mengandung unsur SARA.
Anda juga dapat mengirim pesan melalui via Whatsapp dengan cara mengklik ikon Whatsapp yang telah tertera diatas jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan.. 🤗