Puisi "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa" ~ Widji Thukul.
Puisi "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa" ~ Widji Thukul.
Sumber gambar : google.com
Oleh Nirwan
Inilah sosok Widji Thukul, penyair berperawakan kurus dengan mata sebelah kanan yang buta akibat tumbukan gagang senapan saat ia memimpin demonstrasi PT Sritex pada tahun 1995. dikenal sebagai seorang Aktivis HAM sekaligus Sastrawan yang menghilang pada akhir tahun 1998. keberadaannya pun masih diselimuti oleh misteri hingga sekarang dan orang-orang mempertanyakan dimanakah rimbanya ?. Entahlah, namun kerabat yang ia tinggalkan tentunya akan selalu berharap atas keselamatan dan kembalinya sang penyair pelo tersebut.
Widji Thukul merupakan seorang putera dari pasangan Bapak Kemis Harjosuwito dan Ibunda Sayem. Di kampung kelahirannya Solo, Thukul dibesarkan di sebuah kampung kumuh yang dimana sebagian besar para penduduknya bermata pencaharian sebagai penarik becak, begitupun dengan pekerjaan ayahnya sendiri yakni sebagai tukang becak. Seperti kita ketahui, penghasilan dari tukang becak tidak selalu memberi pendapatan yang banyak. Bahkan, terkadang pendapatan yang dihasilkan masih belum mampu atau sebanding atas perjuangan mengantarkan para penumpang setiap harinya dengan cara menggoes becak dari jarak tempuh yang cukup jauh. Adapun kala itu, bis-bis kota sudah mulai mendesaki jalanan yang tentunya akan mengakibatkan persaingan kerja antara profesi penarik becak dengan driver bus hingga sampai berpengaruh pada menurunnya penghasilan tukang becak saat itu. Sedangkan pendidikan terakhir bagi Thukul hanya sampai di kelas II (dua) Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) jurusan Tari.
- Baca Juga : Puisi "Apa Guna" ~ Widji Thukul
Namun, perjuangan Thukul tiada berhenti sampai disitu. Ia meneruskan hidupnya dengan cara bekerja tak tetap seperti menjadi tukang pelitur, loper koran dan bahkan mengamen dengan melantunkan puisi-puisi di tiap kampung. Sikapnya yang supel dan mudah bergaul dengan kaum marjinal membuat ia lebih dikenal dan dekat dengan orang-orang di sekitarnya. Realitas sosial yang ia saksikan mampu menjadi sumber inspirasi bagi Thukul dan ia tuangkan melalui puisi-puisinya yang bertemakan tentang kerakyatan beserta dengan racikan-racikan sajak yang ia jadikan sebagai senjata dalam bentuk protes atau kritikan terhadap rezim pemerintah Orde Baru. Karena suaranya yang cukup lantang, Thukul diincar dan dicurigai sebagai dalang demonstrasi. Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, keberadaan Thukul pun tak tahu rimbanya. Ia diduga hilang dan diculik pada saat menjelang era reformasi tahun 1998 kala itu.
- Baca Juga : Puisi "Huruf" ~ Pramoedya Ananta Toer
Walaupun keberadaan Thukul masih belum terungkap sejak 21 tahun yang lalu. Namun, sosok dirinya seolah masih utuh dan kata-katanya belum binasa sebagaimana puisi dari karyanya yang berjudul "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa". Nah, berbicara tentang puisi dari Karya Widji Thukul. Kali ini, terdapat salah satu puisi Thukul yang paling populer dan pernah ia tulis saat dalam pelarian dari penguasa Orba. Berikut merupakan puisi "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa" ~ Widji Thukul.
Puisi "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa".
Aku bukan artis pembuat berita
Tapi aku memang selalu kabar buruk
buat penguasa
Puisiku bukan puisi
Tapi kata-kata gelap
Yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
Ia tak mati-mati, meski bola mataku
diganti
Ia tak mati-mati, meski bercerai dengan
rumah
Ditusuk-tusuk sepi, ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
Kata-kata itu selalu menagih
Padaku ia selalu berkata, kau masih
hidup
Aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa
(Wiji Thukul.18 juni 1997)
**Sekian.
Sumber gambar : google.com |
Oleh Nirwan
Widji Thukul merupakan seorang putera dari pasangan Bapak Kemis Harjosuwito dan Ibunda Sayem. Di kampung kelahirannya Solo, Thukul dibesarkan di sebuah kampung kumuh yang dimana sebagian besar para penduduknya bermata pencaharian sebagai penarik becak, begitupun dengan pekerjaan ayahnya sendiri yakni sebagai tukang becak. Seperti kita ketahui, penghasilan dari tukang becak tidak selalu memberi pendapatan yang banyak. Bahkan, terkadang pendapatan yang dihasilkan masih belum mampu atau sebanding atas perjuangan mengantarkan para penumpang setiap harinya dengan cara menggoes becak dari jarak tempuh yang cukup jauh. Adapun kala itu, bis-bis kota sudah mulai mendesaki jalanan yang tentunya akan mengakibatkan persaingan kerja antara profesi penarik becak dengan driver bus hingga sampai berpengaruh pada menurunnya penghasilan tukang becak saat itu. Sedangkan pendidikan terakhir bagi Thukul hanya sampai di kelas II (dua) Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) jurusan Tari.
- Baca Juga : Puisi "Apa Guna" ~ Widji Thukul
Namun, perjuangan Thukul tiada berhenti sampai disitu. Ia meneruskan hidupnya dengan cara bekerja tak tetap seperti menjadi tukang pelitur, loper koran dan bahkan mengamen dengan melantunkan puisi-puisi di tiap kampung. Sikapnya yang supel dan mudah bergaul dengan kaum marjinal membuat ia lebih dikenal dan dekat dengan orang-orang di sekitarnya. Realitas sosial yang ia saksikan mampu menjadi sumber inspirasi bagi Thukul dan ia tuangkan melalui puisi-puisinya yang bertemakan tentang kerakyatan beserta dengan racikan-racikan sajak yang ia jadikan sebagai senjata dalam bentuk protes atau kritikan terhadap rezim pemerintah Orde Baru. Karena suaranya yang cukup lantang, Thukul diincar dan dicurigai sebagai dalang demonstrasi. Semenjak tahun 1998 hingga sekarang, keberadaan Thukul pun tak tahu rimbanya. Ia diduga hilang dan diculik pada saat menjelang era reformasi tahun 1998 kala itu.
- Baca Juga : Puisi "Huruf" ~ Pramoedya Ananta Toer
Walaupun keberadaan Thukul masih belum terungkap sejak 21 tahun yang lalu. Namun, sosok dirinya seolah masih utuh dan kata-katanya belum binasa sebagaimana puisi dari karyanya yang berjudul "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa". Nah, berbicara tentang puisi dari Karya Widji Thukul. Kali ini, terdapat salah satu puisi Thukul yang paling populer dan pernah ia tulis saat dalam pelarian dari penguasa Orba. Berikut merupakan puisi "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa" ~ Widji Thukul.
**Sekian.
Sumber : www.gambaranimasi.org |
Hubungi / Chat Admin Blog SCUA {Bang Nirwana} 👇 :
Atau juga :
Promo www.Fanspoker.com :
ReplyDelete- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||