Friday, February 7, 2020

10 Kumpulan Puisi Karya W.S. Rendra Yang Sangat Melegenda

🌱🌱🌱Selamat Datang dan Terima Kasih Telah Berkunjung🌱🌱🌱


10 Kumpulan Puisi Karya W.S. Rendra Yang Sangat Melegenda


Oleh Nirwan

Sumber gambar : https://ktpuisi.blogspot.com/2019/09/analisis-puisi-ws-rendra-sajak-matahari.html?m=1

           Siapakah sosok W.S. Rendra 🤔??                    
W.S. Rendra merupakan seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia yang lahir pada 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah dan wafat pada 6 Agustus 2009 di Depok, Jawa Barat. Nama asli beliau sebenarnya ialah Wilibrordus Surendra Broto Rendra dan akrab disapa dengan nama W.S. Rendra. Beliau pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta hingga beliau menerima gelar Doktor Honoris Causa di Universitas tersebut. Penyair W.S. Rendra memang dikenal mampu menghasilkan berbagai karya Sastra selama hidupnya seperi puisi, cerpen bahkan hingga naskah drama. Selain itu, W.S. Rendra juga dikenal sebagai penyair legenda dan kerap dijuluki sebagai "Burung Merak" karena sejak duduk di bangku SMP beliau sudah mulai menonjolkan bakat dibidangnya. Hingga kini, nama W.S. Rendra masih terus kita kenang sebagai sastrawan besar dan sosok dirinya mampu memberi inspirasi bagi para pecinta seni sastra...


Lalu, apa sajakah 10 kumpulan puisi karya W.S. Rendra yang amat melegenda tersebut. Berikut seputarannya...


1. TULIS PAMPLET INI 
Karya W.S. Rendra


Ilustrasi (Sumber gambar : wikipedia.com) 

Aku tulis pamplet ini 
karena lembaga pendapat umum 
ditutupi jaring labah-labah 
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, 
dan ungkapan diri ditekan 
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini 
bisa luput besok pagi 
Ketidakpastian merajalela. 
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki 
menjadi marabahaya 
menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, 
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. 
Tidak mengandung perdebatan 
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini 
karena pamplet bukan tabu bagi penyair 
Aku inginkan merpati pos. 
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku 
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan 
kenapa harus diam tertekan dan termangu. 
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. 
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ? 
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan. 
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api. 
Rembulan memberi mimpi pada dendam. 
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai  sampah 
  Kegamangan. Kecurigaan. 
  Ketakutan. 
  Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini 
karena kawan dan lawan adalah saudara 
Di dalam alam masih ada cahaya. 
Matahari yang tenggelam diganti rembulan. 
Lalu besok pagi pasti terbit kembali. 
Dan di dalam air lumpur kehidupan, 
aku melihat bagai terkaca : 
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978 
Potret Pembangunan dalam Puisi


2. DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : idntimes.com)

Tuhanku, 
WajahMu membayang di kota terbakar 
dan firmanMu terguris di atas ribuan 
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa 
Tanah sepi kehilangan lelakinya 
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini 
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti 
sempurnalah sudah warna dosa 
dan mesiu kembali lagi bicara 
Waktu itu, Tuhanku, 
perkenankan aku membunuh 
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku 
adalah satu warna 
Dosa dan nafasku 
adalah satu udara. 
Tak ada lagi pilihan 
kecuali menyadari 
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan 
oleh bibirku yang terjajah ? 
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu 
Tuhanku 
Erat-erat kugenggam senapanku 
Perkenankan aku membunuh 
Perkenankan aku menusukkan sangkurku 
  

Mimbar Indonesia 
Th. XIV, No. 25 
18 Juni 1960



3. GERILYA
Karya W.S. Rendra
  
Ilustrasi (Sumber gambar : sosok.grid.id) 


Tubuh biru 
tatapan mata biru 
lelaki berguling di jalan
Angin tergantung 
terkecap pahitnya tembakau 
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru 
tatapan mata biru 
lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor 
diketuk gerbang langit 
dan menyala mentari muda 
melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah 
dengan sayur-mayur di punggung 
melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis 
dan duka daun wortel

Tubuh biru 
tatapan mata biru 
lelaki berguling dijalan

Orang-orang kampung mengenalnya 
anak janda berambut ombak 
ditimba air bergantang-gantang 
disiram atas tubuhnya

Tubuh biru 
tatapan mata biru 
lelaki berguling dijalan

Lewat gardu Belanda dengan berani 
berlindung warna malam 
sendiri masuk kota 
ingin ikut ngubur ibunya 

Siasat 
Th IX, No. 42 
1955


4. HAI, MA!
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : www.pexels.com)


Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku
tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang
tanpa tujuan kemana-mana
hawa dingin masuk kebadanku yang hampa
padahal angin tidak ada
bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa
Hidup memang fana, Ma
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara
dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga
atau aku terlantar di pasar
aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar
mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita
aku marah, aku takut, aku gemetar
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana,Ma
itu gampang aku terima
tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana
membuat hidupku tak ada harganya
kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari
mulut berbusa sekadar karena tertawa
hidup cemar oleh basa basi
dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan
atau percintaan tanpa asmara
dan sanggama yang tidak selesai
Hidup memang fana tentu saja, Ma
tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku lalu
mendorong aku menjeri-jerit
sambil tak tahu kenapa
rasanya setelah mati berulang kali
Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya
hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari
kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?
masing-masing pihak punya cita-cita
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata
Hai Ma!
apakah kamu ingat
aku peluk kamu di atas perahu
ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
dengan ciuman-ciuman di lehermu?
Masyaallah..aku selalu kesengsem pada bau kulitmu
Ingatkah waktu itu aku berkata
kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Hehehe waahh..aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini
dan apabila aku menulis sajak
aku juga merasa bahwa kemaren dan esok
adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa
Sudah ya, Ma

W.S. Rendra - Jakarta, Juli 1992


5. SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : idntimes.com)

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan
kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : kami ada maksud baik
dan kita bertanya : maksud baik untuk siapa ?
ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?
kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah  tanah di gunung telah dimiliki orang  orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat  alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
lantas maksud baik saudara untuk siapa ?
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu  ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak  cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan  pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

W.S. Rendra - Jakarta, 1 desember 1977


6. LAGU SEORANG GERILYA
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : aenze.blogspot.com)


Engkau melayang jauh, kekasihku. 
Engkau mandi cahaya matahari. 
Aku di sini memandangmu, 
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu, 
engkau berkudung selendang katun di kepalamu. 
Engkau menjadi suatu keindahan, 
sementara dari jauh 
resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi  cahaya matahari, 
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara. 
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku, 
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habis 
dan darah muncrat dari dadaku. 
Maka  di saat seperti itu 
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan 
bersama kakek-kakekku yang telah gugur 
di dalam berjuang membela rakyat jelata 

Jakarta, 2 september 1977 
Potret Pembangunan dalam Puisi


7. LAGU SERDADU
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : kompasiana.com) 

Kami masuk serdadu dan dapat senapang 
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang 
Yoho, darah kami campur arak! 
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali 
Wahai, tanah yang baik untuk mati 
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah 
cukilah ia bagi puteraku di rumah 
  
Siasat 
No.  630, th. 13 
Nopember 1959



8. ORANG-ORANG MISKIN
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : geotimes.co.id) 

Orang-orang miskin di jalan, 
yang tinggal di dalam selokan, 
yang kalah di dalam pergulatan, 
yang diledek oleh impian, 
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka. 
Rambut mereka melekat di bulan purnama. 
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, 
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa. 
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. 
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka, 
di jalan  kamu akan diburu bayangan. 
Tidurmu akan penuh igauan, 
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya 
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa. 
Jangan kamu bilang dirimu kaya 
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya. 
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. 
Dan perlu diusulkan 
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. 
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan 
masuk ke dalam tidur malammu. 
Perempuan-perempuan bunga raya 
menyuapi putra-putramu. 
Tangan-tangan kotor dari jalanan 
meraba-raba kaca jendelamu. 
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol. 
Mereka akan menjadi pertanyaan 
yang mencegat ideologimu. 
Gigi mereka yang kuning 
akan meringis di muka agamamu. 
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap 
akan hinggap di gorden presidenan 
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah, 
bagai udara panas yang selalu ada, 
bagai gerimis yang selalu membayang. 
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau 
tertuju ke dada kita, 
atau ke dada mereka sendiri. 
O, kenangkanlah : 
orang-orang miskin 
juga berasal dari kemah Ibrahim

Yogya, 4 Pebruari 1978 
Potret Pembangunan dalam Puisi


9. SURAT CINTA
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : pinterest.com)

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa

Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku

Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !


10. SAJAK ANAK MUDA
Karya W.S. Rendra

Ilustrasi (Sumber gambar : hmstrust.org.au)

Kita adalah angkatan gagap 
yang diperanakkan oleh angkatan takabur. 
Kita kurang pendidikan resmi 
di dalam hal keadilan, 
karena tidak diajarkan berpolitik, 
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Kita melihat kabur pribadi orang, 
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, 
karena tidak diajar filsafat atau logika.
Apakah kita tidak dimaksud 
untuk mengerti itu semua ? 
Apakah kita hanya dipersiapkan 
untuk menjadi alat saja ?
inilah gambaran rata-rata 
pemuda tamatan SLA, 
pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. 
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan, 
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Dasar keadilan di dalam pergaulan, 
serta pengetahuan akan kelakuan manusia, 
sebagai kelompok atau sebagai pribadi, 
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.
Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. 
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, 
tidak bisa kita hubung-hubungkan. 
Kita marah pada diri sendiri 
Kita sebal terhadap masa depan. 
Lalu akhirnya, 
menikmati masa bodoh dan santai.
Di dalam kegagapan, 
kita hanya bisa membeli dan memakai 
tanpa bisa mencipta. 
Kita tidak bisa memimpin, 
tetapi hanya bisa berkuasa, 
persis seperti bapak-bapak kita.
Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. 
Di sana anak-anak memang disiapkan 
Untuk menjadi alat dari industri. 
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti. 
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ? 
Kita hanya menjadi alat birokrasi ! 
Dan birokrasi menjadi berlebihan 
tanpa kegunaan - 
menjadi benalu di dahan.
Gelap. Pandanganku gelap. 
Pendidikan tidak memberi pencerahan. 
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan 
Gelap. Keluh kesahku gelap. 
Orang yang hidup di dalam pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku ini ? 
Karena tidak bisa kita tafsirkan, 
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.
Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ? 
Apakah ini ? Apakah ini ? 
Ah, di dalam kemabukan, 
wajah berdarah 
akan terlihat sebagai bulan.
Mengapa harus kita terima hidup begini ? 
Seseorang berhak diberi ijazah dokter, 
dianggap sebagai orang terpelajar, 
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. 
Dan bila ada ada tirani merajalela, 
ia diam tidak bicara, 
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja. 
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum 
dianggap sebagi bendera-bendera upacara, 
sementara hukum dikhianati berulang kali.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi 
dianggap bunga plastik, 
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.
Kita berada di dalam pusaran tatawarna 
yang ajaib dan tidak terbaca. 
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. 
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. 
Dan bila luput, 
kita memukul dan mencakar 
ke arah udara
Kita adalah angkatan gagap. 
Yang diperanakan  oleh angkatan kurangajar. 
Daya hidup telah diganti oleh nafsu. 
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. 
Kita adalah angkatan yang berbahaya

Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977 
Potret Pembangunan dalam Puisi


Itulah 10 kumpulan puisi dari karya sastrawan besar W.S. Rendra yang dikenal sangat melegenda, semoga melalui kumpulan puisi diatas dapat meningkatkan kecintaan kita terhadap rasa nasionalisme yang dikenalkan melalui karya sastra nusantara. Sekian..

"Selama orang-orang sakti masih bersemayam dibawah panji-panji koalisi... Teka-Teki bangsa ini tak akan mampu terbukti." ~ W.S. Rendra

Sumber : www.gambaranimasi.org

Selamat Beraktivitas Kembali Untuk Anda ..



* Berikan respon Anda terhadap topik ini, Klik disini :
http://www.strawpoll.me/17597367/r



                                                                 Hubungi / Chat Admin Blog SCUA {Bang Nirwana} 👇 :


Atau juga :

No comments:

Post a Comment

"Jadilah orang yang pertama kali berkomentar, kami siap mengapresiasi dan menerima masukan dari saudara. Terima Kasih"

Silahkan berkomentar secara bijak dan sopan dengan tidak saling menyudutkan / menyinggung pihak lain, menggunakan kata kasar maupun kotor, saling spam dan mengandung unsur SARA.

Anda juga dapat mengirim pesan melalui via Whatsapp dengan cara mengklik ikon Whatsapp yang telah tertera diatas jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan.. 🤗

Postingan Terbaru

Mahasiswa KKN-T UPR Sosialisasikan dan Bagikan Perlengkapan Protokol Kesehatan kepada Masyarakat Desa Masaran

Palangka Raya - Universitas Palangka Raya (UPR) tahun ini kembali mengadakan kegiatan KKN-T Reguler Periode II di sejumlah daerah yang ada ...

Postingan Populer